Dalam gemerlap kehidupan ini, terdapat tokoh yang mungkin belum begitu dikenal namanya secara luas, namun melalui kisah hidupnya, Gatot Wardoyo, lebih akrab disapa Pak Kris, telah menciptakan jejak yang mendalam.
Lahir pada 13 Desember 1953 di Madiun, pria ini bukan sekadar individu biasa. Minatnya pada fotografi sejak masa muda membawa kita menjelajahi kehidupannya yang kaya akan warna, dari riwayat pendidikan hingga pengabdian sebagai seorang Pro Diakon.
Riwayat Pendidikan, Memburu Ilmu di Ujung Lensa
Pendidikan bukanlah batasan bagi Pak Kris. Masa kecilnya hingga SMA dihabiskan di Madiun sebelum melangkah ke pintu gerbang ilmu di Universitas Diponegoro. Di sana, dia mengejar jurusan Hukum Dagang di Fakultas Hukum.
Namun, keinginannya untuk terus menggali ilmu membawanya melampaui batas-batas negara. Dengan beasiswa dari Bank Negara Indonesia dan Harvard Institute for International Development (HIID), Pak Kris meraih gelar master di Tulane University, New Orleans, Louisiana. Fokusnya pada hukum dagang internasional menjadi landasan kuat bagi perjalanan hidupnya.
Pak Kris bukan hanya seorang mahasiswa biasa. Kehebatannya tercermin dalam kemampuannya menyelesaikan kuliah program beasiswa dalam waktu satu setengah tahun, menjadikannya salah satu dari dua orang pertama yang memegang gelar LL.M (Master of Law) di tempatnya bekerja. Pada masa itu, mayoritas lulusan master lebih condong ke gelar MBA.
Karir dan Pengabdian Sebagai Pro Diakon
Setelah melewati lembaran pendidikan, Pak Kris membuktikan dirinya di dunia karier. Naik pangkat di Divisi Hukum, dia mengawali perjalanan sebagai wakil pimpinan cabang Bank kelas 2, suatu tugas yang dijalani dengan penuh dedikasi selama 1 tahun.
Terus melangkah, Pak Kris meniti karier sebagai pimpinan cabang bank kelas 2 hingga akhirnya memimpin cabang kelas 1 sebelum memutuskan untuk pensiun dini. Namun, pensiun tidak menghentikan langkahnya.
Pak Kris tetap aktif dan memberikan sumbangsih sebagai dosen tamu di universitas swasta nasional Fakultas Hukum. Selain itu, dia menjalani peran sebagai pelayan di gereja, menjadi wakil pastor atau pro-diakon selama 10 tahun. Pelayanan doa untuk umat yang sakit, kepemimpinan sebagai Paman wilayah umat Katolik, semuanya dijalani dengan penuh dedikasi.
Hobi dan Kepribadian
Selain karir dan pengabdian, Pak Kris adalah individu yang hidup penuh warna melalui hobi dan kepribadiannya. Setiap harinya diawali dan diakhiri dengan meditasi dan renungan, meyakini bahwa setiap keputusan dan tindakan harus dikembalikan untuk kemuliaan Tuhan.
Fotografi, terutama dengan tema panorama, flora, fauna, dan bangunan iconic, adalah kegemaran utamanya. Namun, tak hanya itu, Pak Kris juga merajut kisah hidupnya dengan sentuhan musik, kopi hitam panas, dan minuman dingin green tea latte. Dia menemani hari-harinya dengan musik reggae, pop country, dan musik meditasi, dengan musisi Don William sebagai salah satu favoritnya.
Saat tidak sibuk, Pak Kris mengeksplorasi dunia kuliner. Meskipun menyukai seluruh jenis masakan dunia, makanan favoritnya adalah pecel Madiun dan kerupuk rambak kulit sapi. Kesukaannya terhadap film juga mencakup berbagai genre, dengan Passion Of The Christ sebagai film favorit yang mencerminkan keimanannya.
Pengalaman Hidup yang Luar Biasa
Namun, kehidupan Pak Kris tidak sekadar tentang karir, hobi, dan kepribadian. Dia memiliki pengalaman hidup yang luar biasa, seperti berpindah keyakinan menjadi seorang Katolik.
Keputusan ini membawa ketenangan hidup dan sukacita, menciptakan relasi sosial yang membangun melalui pelayanan sosial di masyarakat. Lewat pengalaman ini, Kris menemukan kedalaman arti hidup melalui orang-orang yang dilayani dalam pelayanan sosialnya.
Tidaklah mengherankan mengapa Christianus Laurentius Gatot Wardoyo memilih menjalani hidup sederhana, sebagai cerminan ajaran kedua orangtuanya untuk mensyukuri segala yang dimilikinya. Melalui kesederhanaan, dia menemukan kemuliaan Tuhan, menjadikan jejak hidupnya sebagai inspirasi bagi banyak orang yang mengenalnya.